Lebih dari 90 persen atau kurang lebih 75 juta penduduk Mesir beragama Islam. Tak heran jika tim nasional sepakbolanya didominasi pemain yang berstatus muslim. Bahkan, jika menyimak skuad The Pharaohs, julukan Mesir, yang berkiprah di putaran final Piala Afrika 2010 di Angola, dapat dilihat jika tidak satu pun dari ke-23 pemain yang menganut agama selain Islam.
Kondisi tersebut tak lepas dari kebijakan pelatih Mesir, Hassan Shehata. Mantan bomber timnas di dekade 70-an yang kini berusia 60 tahun menjunjung tinggi prinsip bahwasanya pemain yang berhak menggunakan kostum timnas, selain mempunyai skill atau kualitas yang tinggi, juga diwajibkan berstatus seorang muslim yang saleh alias taat beribadah. Hal itu diungkapkan dengan terbuka oleh Shehata dalam pernyataannya yang dirilis satu harian nasional Mesir di Kairo.
Publik pun tahu dengan gaya para atlet Negeri Piramida itu di kancah internasional. Misalnya saja, mereka selalu berdoa sebelum bertanding dan tak luput mengucapkan puji dan syukur kepada Yang Kuasa andaikata mereka meraih kemenangan. Akan tetapi, konteks yang diusung Shehata lain dari yang lain. Shehata menegaskan jika kesalehan merupakan faktor terpenting bagi seorang pemain untuk dapat dipanggil ke dalam timnas.
“Tanpa itu, kami tidak akan merekrut seorang pemain betapapun ia mempunyai kualitas pesepakbola yang luar biasa atau potensial. Saya selalu berupaya keras guna menjamin bahwa siapapun yang menggunakan kostum timnas harus seiring dalam konteks keimanan kepada Tuhan,” tegas Shehata seperti yang dikutip AFP.
Kukuhnya prinsip yang dipegang Shehata sempat memakan korban. Striker pinjaman Zamalek dari Middlesbrough, Ahmed Mido Hossam dicoret Shehata dari skuad. Sebabnya? Shehata menganggap Mido kurang beriman dan jauh dari kesalehan. Mido yang dikenal luas kerap berpesta ria saat masih memperkuat The Boro, mengaku merasa terhina dengan kebijakan Shehata.
www.liputanbola.com
Sabtu, 16 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar